cerita itu perlu

Tuesday, March 17, 2015

Permen Karet Itu Lengket: Vol 1, p. 1

No comments :
VOLUME 1


A. PERMEN KARET ITU LENGKET

Sekolahku berjarak sekitar 7 km dari rumahku, ditempuh sekitar 45 menit menaiki sepeda. Sepeda adalah alat transportasi yang aku sukai, Meski keluarga kami memiliki banyak motor di garasi. Bersepeda menuju sekolah adalah salah satu suasana yang paling menyenangkan selama aktivitas keseharianku. Apalagi jika sepeda yang ku pakai sedikit rusak, mengeluarkan suara-suara serak yang akan membuat orang lain yang mendengarnya terenyuh, itu sebuah kesenangan yang menarik. Aku merasa terlepas dari status anak orang kaya (tetanggaku menganggap keluargaku mampu). Di saat itu aku merasa hidup

Senin ini, aku akan kembali merasakan hidup setelah lama hibernasi di dalam masa liburan yang membosankan. pasti banyak hal yang akan diceritakan teman-teman sekelasku, aku siap untuk mengarang liburanku. Itu juga aku suka. waktu sudah menunjukkan pukul 06.45, semoga aku tak terlambat. Ayo…

Upacara Bendera hampir dimulai, semua anak laki-laki kelas X rapi berbaris, disampingnya anak-anak kelas XI yang berantakan berbaris dan berisik, dan barisan paling ujung anak laki-laki kelas XII yang diam loyo dalam berbaris, membayangkan suasana ujian 4 bulanan kedepan. Aku berdiri di barisan kelas X bersama kelompok kelasku, X5. Mereka semua diam tegap sebagaimana anak kelas X yang baik. Disampingku Dito, teman semejaku, dia adalah salah satu anak yang paling rame di kelasku. Kami adalah partner keonaran. Pembuah gaduh didalam kelas.

Aneh, tidak seperti yang aku dan teman-teman duga. Di hari pertama masuk sekolah, OSIS berbuat ulah. Selesai dari upacara Bendera, tiba-tiba mereka mengadakan operasi kelengkapan seragam dan rambut panjang. Sial.

Ada lima anak kelasku yang terjaring operasi tersebut, Dito hari ini lolos, sedang aku dan 4 anak lainnya, Rudi, Sulaiman, Jafar dan Fajar, harus digiring. Kesemuanya termasuk aku mendapat sanksi karena berambut panjang, tapi khusus bagiku mendapat tambahan sanksi karena bet OSIS yang aku pakai ketahuan tidak dijahit, hanya di tempet memakai dobletip. Hukumannya sederhana, bagi pelanggar karena rambut panjang adalah menggantika tugas piket kebersihan hari selasa di kelas lain yang ditentukan melalui pengundian. Sedangkan bagi pelanggar kelengkapan seragam, menyiram tumbuhan dan bunga-bunga. Karena aku melanggar keduanya maka sanksiku dobel. Sepertinya aku akan menjadi jongos bagi kelas lain.

Undian kelas dimulai, semua anak mengambil kertas bertuliskan nama kelas yang terlipat dan ditempatkan didalam ember cat. Rudi mendapat bagian di kelas X4, Sulaiman dan Fajar mendapat kelas yang sama, X6, Jafar di X3, sedang aku mendapat bagian di X1.

“Oke, semua sudah dapat bagiannya. Besok kalian lakukan tugas kalian sesuai dengan jatah masing-masing. Jangan ada yang telat. Kalian akan menyesal,” terang kak Juanda selaku Ketua OSIS.

“Awas kalau telat !!!,”

“Dengerin De !!!,”

“hukuman akan kaka tambah bila telat !!!

“Hoeh… besok kaka tunggu !!!,”….. semua perangkat OSIS seolah berebut space waktu untuk menyoraki kami.

Permen Karet Itu Lengket
Wah… kelas begitu ramai, semua anak seolah sedang meledakkan rasa rindu mereka dengan sahabat-sahabatnya. Kelas kami jam pertama setelah upacara bendera kosong, sehingga kami bebas untuk bercerita satu sama lain di dalam kelas. Dito pun sangat semangat ketika melihat kami berlima, aku, Rudi, Sulaiman, Jafar dan Fajar masuk ke dalam kelas. Seperti biasa dia akan mengolok-olok kami karena terjaring rahasia, dengan akhiran tertawa yang mengerikan.. ha haha ha hahahaha… Goblok… lalu kami tertawa dan kembali saling ejek.

“Ah… kamu dapat hukuman apa tadi Bay? Cuci daleman mba-mba OSIS, haha… atau suruh bawa belanjaan mereka kalo shoping-shoping… atau…,” Aku cepat-cepat bungkam mulut Dito dengan roti.

“Apa yang kamu pikirkan kecuali mba-mba OSIS? Besok aku akan buat ulah di kelas X1… hahahahaha…,”

“Oh ya, kalian (Rudi, Sulaiman, Jafar dan Fajar) juga ya!!!,” tunjuk aku.

(Semua menggeleng).

“Ahh… jadi begitu, tidak ada yang akan melawan para OSIS itu, okelah… aku merasa sangat bersemangat untuk hari besok,”……

“Emang apa hubungannya antara hukumanmu dengan kelas X1?...,”

“Besok juga kamu akan tau Dit,..” celoteh Fajar.

Hari ini aku memakai motor menuju sekolah, semua hanya agar aku lebih awal datang. Ternyata rasanya jauh berbeda dengan bersepeda, bahkan udara yang segar di pagi hari belum sempat aku nikmati, aku sudah merada di depan gerbang sekolah. Biasanya aku merayu-rayu gadis sekolah lain yang sama-sama bersepeda, sensasi itu tak ada ketika menggunakan motor.

Sepertinya sekolah masih lumayan sepi, belum terlihat anggota OSIS yang janjinya akan mendata anak-anak yang terjaring operasi kemarin. Paling mereka yang terlambat, dasar pembual. Kelas X1, aku datang!!!.

“oe-oe… belum ada anak dikelas…

Aku masuk kedalam kelas tersebut, melihat-lihat ruangan yang semua guru menyespesialkan. Tempat anak-anak pintar yang menduduki rangking teratas di sekolah. Sepertinya mereka terlalu rajin belajar, sampai-sampai dinding kelasnya berisi tempelan-tempelan rumus yang di hias-hias. Tulisan-tulisan yang rumit, tidak aku pahami. Mading yang penuh dengan kertas artikel dan gambar-gambar. Sepertinya mereka rajin menjadwal mading kelas. Pasti kelas yang membosankan, kaku dan pastinya menjenuhkan. Mengapa aku merasa kasiahan pada mereka, manusia statis yang hanya memburu nilai.

Aku sudah menyusun rencana untuk pagi ini, seperti yang aku janjikan pada teman-temanku, akan ku buat masalah untuk para anak OSIS sok taat peraturan itu. Aku sudah mempelajari beberapa kebiasaan mereka saat mengawasi atau sedang memberi materi saat eskul, anggota OSIS rata-rata adalah dewan-dewan Pramuka dan PMR. Sepertinya permen karet yang ku kunyah sedari tadi sudah mulai lumat dan kenyal, pasti sangat lengket dan berludah sekarang.

Pertama aku akan menempelnya di meja paling depan terdekat dengan pintu, dan juga pintu bagian luar yang terbuka kedalam. Tempat-tempat yang selalu di gunakan untuk bersandar ketika mereka di dalam kelas saat sedang menunggu kami melakukan hukuman, sambil mengomel-omel memberi intruksi kepada kami. Sempurna, semua ranjau sudah terpasang. Tinggal menunggu mereka datang, dan aku berakting membersihkan kelas.

Sepertinya salah satu dari OSIS sedang menuju ke kelas ini, waktunya aku memegang sapu. Suara sepatunya semakin dekat, sepertinya besaral dari kelas X2 sehingga aku tidak melihat langsung lewat jendela kelas ini. Semoga rencana kali ini berhasil. Aku akan membuat cerita yang menarik untuk teman-temanku.

Suara detak sepatunya semakin dekat, aku jadi tidak sabar melihat siapa anggo OSIS tersebut. Aku duduk di bangku paling depan paling jauh dari pintu masuk, menunggu sosok mengerikan yang semoga terjebak oleh jaring-jaring lengket di beberapa tempat kelas ini. Aku merasa seperti laba-laba jahat yang sedang menunggu mangsa datang untuk disantap. Bayangan tubuhnya mulai terlihat karena pancaran cahaya matahari pagi yang rendah sehingga bayangan begitu panjang. Sepertinya anggota OSIS itu seorang wanita. Dan.

Aku terdiam, dia juga terdiam. Suasana hening. Dia berdiri di depan pintu kelas yang terbuka. Pandangannya kaget, seolah ingin berteriak namun tertahan. Aku juga tak menyangka siapa dia. Seorang gadis berjaket merah, dengan tas slempang berwarna pink berdiri di ambang pintu. Aku tak mengenalnya, mungkin begitupun dia, tak mengenaliku.

Dia terlihat grogi pada saat itu, langkahnya mundur. Aku sontakk berdiri ingin mencegahnya. Berat rasanya mulut berucap, aku tak tau suasana apa yang sedang terjadi. Dia terus melangkah mundur dengan mulut menganga, sedang tanganku mencoba menujuk pintu. Tapi apa daya.

“hee… kamu jangan melangkah mundur, nanti kamu…,” kata-kataku terpotong tak ingin aku mengatakan apa yang menempel di pintu. Dia terus melangkah mundur. Sedang aku terus melangkah maju.

“Jangan sampai kena… aduh…,” dia seperti ingin mengatakan sesuatu.

“Anu… Anu, kamu siapa?,...”

“Aku,.. Anu,…”

“Siapa? Kenapa ada di kelasku,…” wajahnya terlihat ketakutan.

“Aku utusan OSIS… eh.. anu,…” akhirnya dia menempel ke pintu rajau tersebut.

“Aku disuruh bersih-bersih, gantiin piket hari ini,…”

Tiba-tiba datang seorang lagi, ternyata dia adalah anggota OSIS, kak Dewi. Merubah suasana kagok yang terjadi. Dia menjelaskan kepada gadis tersebut tentang identitas kedatanganku ke dalam kelasnya. Singkat cerita, gadis itu tenang dan meletakkan tas dan jaketnya di tempat duduknya, lalu dia duduk di kursi luar kelas. Menunggu kelas di bersihkan. Tak lama beberapa anak yang terkena operasi OSIS hari senin berdatangan. Karena aku sudah hadir lebih awal, kak Dewi mempersilahkan aku untuk mengakhiri sesi bersih-bersih kelasku. Setelah dia mempersilahkan aku keluar, dia bersandar ke meja terdepan. Dan.

“Aduh, rok ku kena apa ini, lengket…” dalam hati aku berbunga-bunga.

Langsung saja aku meninggalkan kelas sebelum dia menyadari ulah siapa. Saat aku mewati depan kelas, terlihat gadis yang tadi berjaket merah sedang duduk membaca buku.

“M..mmaaf tadi mba…”

“Oh…” wajahnya hanya cengar-cengir.

BERSAMBUNG DISINI

No comments :

Post a Comment