cerita itu perlu

Tuesday, April 2, 2019

Kedeoe

No comments :

   
Usai sudah saat-saat tawa mencibir kehidupan, mulai merangkak menuju rindu yang mulai bersambut. Lewat malam, angin, bintang dan rembulan, tumpahkan sumpah serapah, menghujat hidup yang enggan beranjak, meskipun tak sepenuhnya benar. Inilah ego, selalu akan terus merasa benar.
     Detik demi detik terus berpacu, melawan bayang-bayang masa lalu. Menjamah membunuh waktu, perlahan tergenang, oleh tangis-tangis sakral, dibarengi dengan tawa yang sedikit sumbang.
     Lihatlah, seonggok daging ini, diam memahat impian didalam kamar, terus membangun asa, sampai langit enggan menampakan birunya.
     Setiap langkah, kini menjadi berat, menimbang, memilah dalam bimbang. Namun tetap memikul beban.
     Sampai pada titik ini. Dimana ada dua pilihan, berhenti; mati, atau berjalan; perih.
     Masih diam, berharap pada malam, sejenak untuk mundur, mencari jarak untuk melompat lebih jauh, dengan resiko akan terjatuh, lalu terhenti, mati dan berlumur perih.
     Seharusnya tak serumit ini, mengapa harus berlari jika kita bisa berjalan menikmati pemandangan, dan mengapa harus terus berproses sedangkan kita diberi pilihan untuk menikmati hidup.
     Setumpuk sampahpun akan berguna jika kita bisa mengolah, maka seburuk apapun kehidupan ini, ada sisi yang sempurna jika kita dapat .melihat dengan hati yang jeli.
     Maka teruslah kedepan, entah berjalan, merangkak, ataupun berlari, terserah.
     Karena hidup ini untuk di nikmati bukan dirasakan, dan kita punya cara masing masing untuk menikmati hidup.

No comments :

Post a Comment