cerita itu perlu

Thursday, November 8, 2018

Jaman Cilik Cah Desa

No comments :
Aku lahir tanpa aku ketahui rasa pertama menghirup oksigen dunia (ya karena sudah lupa) uwis sue. Tumbuh di sebuah desa kecil yang sangat nyaman, dengan tanah yang lembab nan sejuk. Kecilku menarik.

Jika aku mengingatnya, mungkin bisa dimulai dari umur 3 tahunan saja, sekurangnya sudah tenggelam dan hilang. Kecilku aku meminum susu kaleng, dan memakan peyek hasil kunyahan simbahku yang di jejelkan begitu saja pada mulutku.

Setiap pagi aku bangun sekitar pukul 5 pagi, lalu menemani sang nenek masak menggunakan tunggu tanahnya, kami sebut pawon. Sambil menghangatkan diri dengan api membara dari daun klaras yang aku kumpulkan di siang hari.

Sesekali memasukkan kayu dalam lubang tungku untuk mempetahankan api agar tetap membara membakar wajan yang sedang kami gunakan memasak. Sesekali aku dilatih mengaduk kuah masakan dan diminta mencicipi.

Aku tak mengingat apapun kata-kata yang pernah neneku katakan, mungkin karena pada satu ketika aku sangat membenci untuk mengingat segala hal mengenai dia. Ternyata niat itu betul-betul terjadi dan kini aku hanya menyimpan sedikit memori untuk kehidupan awalku. Tapi mungkin tidak untuk beberapa moment dalam keseharian kami.

Setelah memasak yang selesai sekitar jam 6 pagi, aku lalu disuapi makan pagi, dengan khasnya dia akan mengunyah dulu segala makanan yang keras dan dianggapnya bisa membuat aku tersedak-sedak.

setelah sarapan kakeku akan duduk di longkarang (ruang terbuka di tengah rumah yang menjadi taman) dengan menikmati teh tubruk di sebuah gelas besar. Aku biasa menemani diamnya sambil merokok lintingan dan jika teh itu sudah dingin aku akan meminta untuku meminumnya.

Siang beranjak, kakekku akan bersiap menuju ladangnya, menanam kacang kulit dan mencari rumput untuk sapi-sapi yang dia ternak.  Sedang aku akan memulai untuk berpetualang dengan anak-anak lainnya di kampung kami.

Aku tak mengingat nama-nama teman kecilku, hanya satu saja yang kuingat namanya Dede karena rumah kami bersebelahan. Yang lain, hilang dari ingatan, tapi wajah ada beberapa yang kuingat namun dalam bayangan wajah anak-anak.

Ada banyak anak-anak di kampungku, aku ingat rumah-rumah mereka, sedikit wajah mereka, tapi sangat sedikit nama mereka. Aku mencoba mengingat nama tapi tak bisa, yang kuingat kini hanyalah betapa menyenangkannya bermain bersama mereka.









No comments :

Post a Comment